MARILAH BERKREASI

MARILAH BERKREASI

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 19 April 2014

ALAT TES KRAEPELIN



KATA  PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” ALAT TES KRAEPELIN”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: ibu…. selaku dosen kami yang telah memberikan tugas ini untuk kami, dan semua teman – teman yang turut memberikan dukungan, dan slalu mengingatkan kami.  Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.  Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.




 


BAB 1 PENDAHULUAN

1.1   LATAR BELAKANG TES KRAEPELIN

Tes Kreapelin merupakan hasil dari ciptaan Emilie Kraepelin dia adalah seorang Psikiater dari Jerman, adapun proses pembuatannya dari tahum 1856-1926. Alat ini dapat tercipta atas dasar pemikiran dari factor – factor yang merupakan kekhasan dari sensori sederhana, sensori motor, perseptual dan tingkah laku. Tes ini sebenarnya dibuat awalnya diperuntukan untuk  keribadian. Akan tetapi seiring berjalannya waktu  dan dengan semua perkembangannya akhirnya berubah menjadi tes bakat.  Ini dilakukan dengan cara merubah tekanan skoring dan interpresi. Keunggulan dari alat tes ini terdiri dari bebagai factor yaitu, kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan kerja dalam tekanan.

1.2   BIOGRAFI EMILIE KRAEPELIN

Emilie Kraepelin atau lebih dikenal dengan nama Kraepelin, lahir pada tanggal 15 Pebruari 1856 di Neustrelitz. Pada tahum 1878 dia menjadi dokter di Wurzburg, dan kemudian menjadi dokter di rumah sakit jiwa Munich. Dia memutuskan  pindah ke Leipzig pada tahun 1882, dan memilih untuk bekerja dengan Wundt yang juga merupakan kawannya sewaktu mahasiswa. Kraepelin juga pernah menjadi seorang psikiatri dan merangkap sebagai director di klinik psikiatri yang beradi di Munich, itu tepatnya dari tahun 1903 samapai dia wafat pada 1 Oktober 1926.
Sebagai seorang psikiatris Kraepelin mempelajari gambaran dan klasifikasi dari penyakit – penyakit kejiwaan, yang pada akhirnya ditetapkan sebagai dasar penggolongan penyakit – penyakit kejiwaan, atau sering disebut sebagai Diagnostic and Statistical Manual Disorder (DSM), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA). Dia juga percaya jika klasifikasi gejala – gejala penyakit kejiwaan dapat diidentifikasi  maka penyebab kejiwaan akan mudah untuk diteliti dan diketahui.
Penyebab Kraepelin menjadi seorang yang terkenal itu terutama karena kecermatannya dalam menggolongkan penyakit kejiwaan yang lebih dikenal dengan psikosis. Dia membagi psikosis menjadi dua golongan utama yaitu dimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia. Dia dikenal juga sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi pada pemeriksaan psikiatri, seperti halnya yang dia lakukan untuk mengetahui adanya kelainan – kelainan kejiwaan.  Salah satu tes yang dia ciptakan dan banyak di gunakan oleh sarjana psikologi di Indonesia pada tahun 1980an adalah Test Kraepelin.



BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. PANDANGA PARA AHLI TERHADAP TEST KRAEPELIN

Dr. J. de Zeeuw, memiliki pandangan bahwa tes kraepelin digolongkan sebagai tes yang dipergunakan untuk mengukur factor – factor non intelektual (tes konsentrasi). Sedangkan menurut Anne Anastasi  (psychological Testing), tes Kraepelin merupakan sebuah “Speed Test” . Adapun ciri utama dari sebuah speed test adalah tidak adanya waktu yang cukup u tuk menyelesaikan semua soal. Sebenarnya dalam tes kraepelin, testi memang tidak diharapkan untuk dapat menyelesaikan sepenuhnya setiap jalur  tes, kerena yang sebenarnya dilihat disini adalah bagaima kecepatan teste.
Menurut Anne Anastasi, selain kecepatan kerja, factor lain yang dapat diketehui dengan menggunakan tes kraepelin adalah mengenai ketelitian, konsentrasi, dan stabilitas dalam bekerja. Selain itu aspek – aspek psikologis yang berpengaruh pun bermacam – macam, misalnya saja mengenai persepsi visual, koordinasi senso-motorik, pushing power, ketahanan, learning effect.

2.2 TUJUAN PENGETESAN DENGAN TES KRAEPELIN

Tujuan dari tes Kraepelin sebenarnya adalah digunakan untuk menentukan sepertia apa tipe performance seseorang, misalnya 
  1. Hasil penjualan yang rendah, dapat menggindikasi adaya gejala depresi mental. 
  2. Terlalu banyak seseorang melakukan  salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental
Selain itu tes Kraepelin juga dapat digunakan untuk mengukur seberapa maximum performance dari seseorang. Hal itulah yang menyebabkan tekanan skoring dan interpresi lebih didasarkan pada hasil tes yang diperoleh secara obyektif bukan pada arti proyektifnya.
Dari perhitungan obyektif tersebut, kemudian dapat diinterpretasikan tujuan tes kraepelin yang mencakup 4 hal:
1.      Faktor kecepatan (speed factor)
Dimana dalam factor kecepatan ini ditunjukan pada beberapa prestasi yang dicapai seseorang  atau teste saat mengerjakan tes.  Apabila hasil yang diperoleh oleh teste tinggi maka arah karir yang cocok adalah bekerja di bidang perkantoran. Seperti pekerjan yang berhubungan dengan pembuatan jadwal, grafik, dan chart. begitu pula sebaliknya  jika hasil yang diperoleh randah dapat di ketehui teste memiliki kecepetan bekerja yang rendah pula.

2.      Faktor ketelitian (accuracy factor)
Faktor ini ditunjukkan pada berapa kesalahan (salah maupun terloncat) yang diperbuat dalam pengerjaan tes. Jika teste mendapatkan jumlah kesalahan sedikit maka teste tersebut dapat dikategorikan mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi,adapun  arah karir yang cocok untuk katagori ini  yaitu bekerja pada bidang manajemen, akutansi, perpajakan, statistika, dan matematika
3.       Faktor keajekan (rithme factor)
Faktor keajegan ditunjukkan pada irama kerja seseorang dalam mengerjakan tes. Untuk mengetahui keajegan atau sering disebut dengan kestabilan seseorang maka dengan cara menskor deret tertinggi dikerjakan dikurangi deret terendah yang dikerjakan. Jika hasil yang di peroleh teste tinggi, maka dapa ditentukan arah karir yang cocok  yaitu sebagai direktur atau pimpinan perusahaan.
4. Faktor ketahanan (ausdeur factor)
Dimana dalam factor ini dapat ditunjukkan oleh garis ausdaner dalam mengerjakan tes. Menganalisis dari bentuk grafik yang dikerjakan oleh teste tersebut.
2.3 PROSES KINERJA TES KRAPELIN
Ini kami sajikan contoh dari bagaimana prosesdan kinerja ter Kraepelin. Untuk melakukan tes Kraepelin ada beberapa hal yang harus disiapkan dan dilakukan daiantaranya sebagai berikut:
ü  Alat yang Dibutuhkan
1. lembar tes Kraepelin, tes ini terdiri dari 45 lajur angka, namun biasanya yang dikerjakan hanya 40   lajur.
2. stopwatch
3. pensil
4. meja yang cukup luas
5. papan tulis , kapur atau flip chart untuk dipergunakan tester saat menjelaskan pada teste

ü  Prosedur Kerja yang Harus Dilakukan Dalam Pelaksanaan Tes
Ada beberapa presedur yang harus dilakukan, atau diterapkan saat ingin melakukan tes Kraepelin.
1. Teste di bagikan lembar tes pada testi
2. Teste diminta mengisi identitas pada tempat yang sudah ditentukan dalam lebar tes, dan tidak membuka lembaran tes sebelum diinstruksikan.
 3.Teste memberikan contoh mengisi/menjawab lembar tes di papan tulis.
4. Instruksi : “dalam tes ini anda akan menghadapi kolom – kolom yang terdiri dari angka. Tugas anda adalah “ :

1. Jumlahkan tiap – tiap angka dengan angka diatasnya, kerjakan dari atas kebawah.
2. Dari angka hasil penjumlahan tersebut, anda cukup menuliskan angka satuannya saja, misalnya hasil penjumlahan itu adalah 14 , maka anda hanya menulis angka 4 disamping kanan – antara kedua angka tersebut.
3. Bila anda membuat kesalahan dalam menjumlahkan, misalnya anda menjawab 8 padahal jawabannya adalah 3, maka anda tidak perlu menghapusnya. Anda cukup mencoret dengan satu garis angka yang salah tersebut dan menggantinya dengan angka yang benar.
4. Setiap mendengar ketukan (dicontohkan) , maka anda harus pindah ke lajur selanjutnya disebelah kanan. Dan mulailah kembali mengerjakan dari bawah keatas di lajur yang baru tersebut.
5. Anda hendaknya bekerja secepat dan seteliti mungkin.
6. Sebagai latihan marilah kita mengerjakan contoh yang terdiri dari 2 lajur angka yang terdapat pada lembaran tes. Kita mulai dari lajur kiri, mulai dari bawah dijumlahkan dengan angka diatasnya. “ya mulai”… setelah 30 detik beri ketukan, “stop, pindah kekolom selanjutnya”. Setelah 30 detik beri ketukan dan ucapkan “ya berhenti”. Setelah mengerjakan contoh pastikan semua testi mengerjakan dengan benar. “sekarang semuanya sudah paham?” , “sekarang letakkan dulu alat tulis anda”
7.Anda buka kertas yang ada dihadapan anda, bila saya beri tanda mulai maka anda mulai mengerjakan dari kolom paling kiri dari bawah keatas. Bila saya ketuk maka anda harus pindah kekolom selanjutnya. “Siap?” ,, “mulai !!”
 
ü  Skoring

Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk melakukan skoring.
1.    Menyambung / membuat garis dari puncak tertinggi sehingga membentuk grafik
2.    Garis timbang : puncak teringgi + puncak terendah : 2
3.    Kecepatan testi mengerjakan lajur tiap menit :
2 x ( jumlah angka diatas garis timbang – angka dibawah garis timbang) : 40
4.    Ketelitian :
Jumlah kesalahan 15 lajur ( 5 lajur terdepan, 5 lajur tengah dan 5 lajur terakhir)

BAB 3 PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari alat tes Kraepelin adalah sebagai alat tes bakat, Kraepelin dimaksudkan untuk mengukur maximum performance seseorang. Oleh karenanya tekanan scoring dan interpretasi lebih didasarkan pada hasil tes secara objektif bukan pada arti proyektifnya. Individu dikatakan memiliki performa yang baik apabila dalam rentang waktu yang lama dan dalam kondisi tertekan (stressful) mampu menampilkan unjuk kerja yang cepat, teliti dan stabil.

3.2 SARAN

Tes ini bagus digunakan untuk menentukan atau menetapkan pekerjaan yang cocok untuk seseorang yang ingin bekerja, atau untuk instansi yang sedang melakukan recruitment tenaga  kerja.  Dan dengan kemajuan tehnologi tes ini dapat dibuat sedemikian rupa sehingga tes ini masih bias dimanfaatkan sesuai dengan peerkembangan jaman.

3.3 SARAN DALAM MENGERJAKAN TES KRAEPELIN

Ada beberapa hal yang patut untuk diperhatikan seseorang yang ingin melakukan tes kraepelin, hal – hal tersebut adalah sebagai berikut :
1.       Yang paling penting dalam mengerjakan test ini adalah konsentrasi. Test ini sangat menguras energi,  usahakan untuk tidak blank dalam mengerjakan test ini.
2. Usahakan jumlah angka yang terjawab di masing-masing kolom stabil. Jangan memaksakan diri untuk menjawab di kolom-kolom awal sehingga kewalahan di pertengahan hingga akhir kolom sehingga terbentuk kurva yang zig-zag atau menurun. Kendalikan diri dengan patokan penjumlahan sesuai dengan kemampuan anda. Anda tidak perlu menyelesaikan semua penjumlahan sampai ujung atas untuk masing-masing kolom. Usahakan mematok lebih dari 12 perhitungan dan tetap stabil untuk setiap kolomnya.
3. Usahakan jangan terus mengerjakan kolom yang sudah habis waktunya karena akan menghabiskan waktu yang disediakan untuk kolom berikutnya dan pasti akan memberikan hasil yang jelek di kolom berikutnya.







DAFTAR PUSTAKA

Urbina, Susana.1946. Essentials of Psychological Testing (hlm.10-20). Canada: John Wiley & Son
[Ronald_Jay_Cohen_Mark_Swerdlik]_Psychological_Te(BookFi.org).pdf-Adobe Reader
http://usberstop.wordpress.com/2011/03/30/tes-kraepel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar