KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi
sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada
terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”
ALAT TES KRAEPELIN”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada: ibu…. selaku dosen kami yang telah memberikan tugas
ini untuk kami, dan semua teman – teman yang turut memberikan dukungan, dan
slalu mengingatkan kami. Meskipun
penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG TES KRAEPELIN
Tes Kreapelin merupakan hasil dari ciptaan
Emilie Kraepelin dia adalah seorang Psikiater dari Jerman, adapun proses
pembuatannya dari tahum 1856-1926. Alat ini dapat tercipta atas dasar pemikiran
dari factor – factor yang merupakan kekhasan dari sensori sederhana, sensori
motor, perseptual dan tingkah laku. Tes ini sebenarnya dibuat awalnya
diperuntukan untuk keribadian. Akan
tetapi seiring berjalannya waktu dan
dengan semua perkembangannya akhirnya berubah menjadi tes bakat. Ini dilakukan dengan cara merubah tekanan
skoring dan interpresi. Keunggulan dari alat tes ini terdiri dari bebagai
factor yaitu, kecepatan, ketelitian, keajegan, dan ketahanan kerja dalam
tekanan.
1.2
BIOGRAFI EMILIE KRAEPELIN
Emilie Kraepelin atau lebih dikenal dengan
nama Kraepelin, lahir pada tanggal 15 Pebruari 1856 di Neustrelitz. Pada tahum
1878 dia menjadi dokter di Wurzburg, dan kemudian menjadi dokter di rumah sakit
jiwa Munich. Dia memutuskan pindah ke
Leipzig pada tahun 1882, dan memilih untuk bekerja dengan Wundt yang juga
merupakan kawannya sewaktu mahasiswa. Kraepelin juga pernah menjadi seorang
psikiatri dan merangkap sebagai director di klinik psikiatri yang beradi di
Munich, itu tepatnya dari tahun 1903 samapai dia wafat pada 1 Oktober 1926.
Sebagai seorang psikiatris Kraepelin
mempelajari gambaran dan klasifikasi dari penyakit – penyakit kejiwaan, yang
pada akhirnya ditetapkan sebagai dasar penggolongan penyakit – penyakit
kejiwaan, atau sering disebut sebagai Diagnostic and Statistical Manual
Disorder (DSM), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA).
Dia juga percaya jika klasifikasi gejala – gejala penyakit kejiwaan dapat
diidentifikasi maka penyebab kejiwaan
akan mudah untuk diteliti dan diketahui.
Penyebab Kraepelin menjadi seorang yang
terkenal itu terutama karena kecermatannya dalam menggolongkan penyakit
kejiwaan yang lebih dikenal dengan psikosis. Dia membagi psikosis menjadi dua
golongan utama yaitu dimentia praecox dan psikosis manic-depresif. Dimentia
praecox merupakan gejala awal dari penyakit kejiwaan yang disebut schizophrenia.
Dia dikenal juga sebagai tokoh yang pertama kali menggunakan metode psikologi
pada pemeriksaan psikiatri, seperti halnya yang dia lakukan untuk mengetahui
adanya kelainan – kelainan kejiwaan.
Salah satu tes yang dia ciptakan dan banyak di gunakan oleh sarjana
psikologi di Indonesia pada tahun 1980an adalah Test Kraepelin.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. PANDANGA PARA AHLI TERHADAP TEST
KRAEPELIN
Dr. J. de Zeeuw, memiliki pandangan bahwa
tes kraepelin digolongkan sebagai tes yang dipergunakan untuk mengukur factor –
factor non intelektual (tes konsentrasi). Sedangkan menurut Anne Anastasi (psychological Testing), tes Kraepelin
merupakan sebuah “Speed Test” . Adapun ciri utama dari sebuah speed test adalah
tidak adanya waktu yang cukup u tuk menyelesaikan semua soal. Sebenarnya dalam
tes kraepelin, testi memang tidak diharapkan untuk dapat menyelesaikan
sepenuhnya setiap jalur tes, kerena yang
sebenarnya dilihat disini adalah bagaima kecepatan teste.
Menurut Anne Anastasi, selain kecepatan
kerja, factor lain yang dapat diketehui dengan menggunakan tes kraepelin adalah
mengenai ketelitian, konsentrasi, dan stabilitas dalam bekerja. Selain itu
aspek – aspek psikologis yang berpengaruh pun bermacam – macam, misalnya saja
mengenai persepsi visual, koordinasi senso-motorik, pushing power, ketahanan,
learning effect.
2.2 TUJUAN PENGETESAN DENGAN TES KRAEPELIN
Tujuan dari tes Kraepelin sebenarnya adalah
digunakan untuk menentukan sepertia apa tipe performance seseorang, misalnya
- Hasil penjualan yang rendah, dapat menggindikasi adaya gejala depresi mental.
- Terlalu banyak seseorang melakukan salah hitung, dapat mengindikasikan adanya distraksi mental
Selain itu tes Kraepelin juga dapat
digunakan untuk mengukur seberapa maximum performance dari seseorang. Hal
itulah yang menyebabkan tekanan skoring dan interpresi lebih didasarkan pada
hasil tes yang diperoleh secara obyektif bukan pada arti proyektifnya.
Dari perhitungan obyektif tersebut,
kemudian dapat diinterpretasikan tujuan tes kraepelin yang mencakup 4 hal:
1.
Faktor kecepatan (speed factor)
Dimana dalam factor kecepatan ini
ditunjukan pada beberapa prestasi yang dicapai seseorang atau teste saat mengerjakan tes. Apabila hasil yang diperoleh oleh teste
tinggi maka arah karir yang cocok adalah bekerja di bidang perkantoran. Seperti
pekerjan yang berhubungan dengan pembuatan jadwal, grafik, dan chart. begitu
pula sebaliknya jika hasil yang
diperoleh randah dapat di ketehui teste memiliki kecepetan bekerja yang rendah
pula.
2.
Faktor ketelitian (accuracy
factor)
Faktor ini ditunjukkan pada berapa
kesalahan (salah maupun terloncat) yang diperbuat dalam pengerjaan tes. Jika
teste mendapatkan jumlah kesalahan sedikit maka teste tersebut dapat
dikategorikan mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi,adapun arah karir yang cocok untuk katagori ini yaitu bekerja pada bidang manajemen, akutansi,
perpajakan, statistika, dan matematika
3.
Faktor keajekan (rithme factor)
Faktor keajegan ditunjukkan pada irama
kerja seseorang dalam mengerjakan tes. Untuk mengetahui keajegan atau sering
disebut dengan kestabilan seseorang maka dengan cara menskor deret tertinggi
dikerjakan dikurangi deret terendah yang dikerjakan. Jika hasil yang di peroleh
teste tinggi, maka dapa ditentukan arah karir yang cocok yaitu sebagai direktur atau pimpinan
perusahaan.
4. Faktor ketahanan (ausdeur factor)
Dimana dalam factor ini dapat ditunjukkan
oleh garis ausdaner dalam mengerjakan tes. Menganalisis dari bentuk grafik yang
dikerjakan oleh teste tersebut.
2.3 PROSES KINERJA TES KRAPELIN
Ini kami sajikan contoh dari bagaimana
prosesdan kinerja ter Kraepelin. Untuk melakukan tes Kraepelin ada beberapa hal
yang harus disiapkan dan dilakukan daiantaranya sebagai berikut:
ü Alat yang Dibutuhkan
1. lembar
tes Kraepelin, tes ini terdiri dari 45 lajur angka, namun biasanya yang
dikerjakan hanya 40 lajur.
2. stopwatch
3. pensil
4. meja yang cukup luas
5. papan tulis , kapur atau flip chart
untuk dipergunakan tester saat menjelaskan pada teste
ü Prosedur Kerja yang Harus Dilakukan Dalam Pelaksanaan Tes
Ada beberapa presedur yang harus dilakukan,
atau diterapkan saat ingin melakukan tes Kraepelin.
1. Teste di bagikan lembar tes pada testi
2. Teste diminta mengisi identitas pada
tempat yang sudah ditentukan dalam lebar tes, dan tidak membuka lembaran tes
sebelum diinstruksikan.
3.Teste memberikan contoh mengisi/menjawab
lembar tes di papan tulis.
4. Instruksi : “dalam tes ini anda akan
menghadapi kolom – kolom yang terdiri dari angka. Tugas anda adalah “ :
1. Jumlahkan
tiap – tiap angka dengan angka diatasnya, kerjakan dari atas kebawah.
2. Dari angka
hasil penjumlahan tersebut, anda cukup menuliskan angka satuannya saja,
misalnya hasil penjumlahan itu adalah 14 , maka anda hanya menulis angka 4
disamping kanan – antara kedua angka tersebut.
3. Bila anda
membuat kesalahan dalam menjumlahkan, misalnya anda menjawab 8 padahal
jawabannya adalah 3, maka anda tidak perlu menghapusnya. Anda cukup mencoret
dengan satu garis angka yang salah tersebut dan menggantinya dengan angka yang
benar.
4. Setiap
mendengar ketukan (dicontohkan) , maka anda harus pindah ke lajur selanjutnya
disebelah kanan. Dan mulailah kembali mengerjakan dari bawah keatas di lajur
yang baru tersebut.
5. Anda
hendaknya bekerja secepat dan seteliti mungkin.
6. Sebagai
latihan marilah kita mengerjakan contoh yang terdiri dari 2 lajur angka yang
terdapat pada lembaran tes. Kita mulai dari lajur kiri, mulai dari bawah
dijumlahkan dengan angka diatasnya. “ya mulai”… setelah 30 detik beri ketukan,
“stop, pindah kekolom selanjutnya”. Setelah 30 detik beri ketukan dan ucapkan
“ya berhenti”. Setelah mengerjakan contoh pastikan semua testi mengerjakan
dengan benar. “sekarang semuanya sudah paham?” , “sekarang letakkan dulu alat
tulis anda”
7.Anda buka
kertas yang ada dihadapan anda, bila saya beri tanda mulai maka anda mulai
mengerjakan dari kolom paling kiri dari bawah keatas. Bila saya ketuk maka anda
harus pindah kekolom selanjutnya. “Siap?” ,, “mulai !!”
ü Skoring
Terdapat
beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk melakukan skoring.
1. Menyambung / membuat garis dari puncak
tertinggi sehingga membentuk grafik
2. Garis timbang : puncak teringgi + puncak
terendah : 2
3. Kecepatan testi mengerjakan lajur tiap menit
:
2 x ( jumlah
angka diatas garis timbang – angka dibawah garis timbang) : 40
4. Ketelitian :
Jumlah kesalahan
15 lajur ( 5 lajur terdepan, 5 lajur tengah dan 5 lajur terakhir)
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari alat tes
Kraepelin adalah sebagai alat tes bakat, Kraepelin dimaksudkan untuk mengukur
maximum performance seseorang. Oleh karenanya tekanan scoring dan interpretasi
lebih didasarkan pada hasil tes secara objektif bukan pada arti proyektifnya.
Individu dikatakan memiliki performa yang baik apabila dalam rentang waktu yang
lama dan dalam kondisi tertekan (stressful) mampu menampilkan unjuk kerja yang
cepat, teliti dan stabil.
3.2 SARAN
Tes ini bagus digunakan untuk menentukan
atau menetapkan pekerjaan yang cocok untuk seseorang yang ingin bekerja, atau
untuk instansi yang sedang melakukan recruitment tenaga kerja.
Dan dengan kemajuan tehnologi tes ini dapat dibuat sedemikian rupa
sehingga tes ini masih bias dimanfaatkan sesuai dengan peerkembangan jaman.
3.3 SARAN DALAM MENGERJAKAN TES KRAEPELIN
Ada beberapa hal yang patut untuk diperhatikan
seseorang yang ingin melakukan tes kraepelin, hal – hal tersebut adalah sebagai
berikut :
1.
Yang paling penting dalam
mengerjakan test ini adalah konsentrasi. Test ini sangat menguras energi, usahakan untuk tidak blank dalam mengerjakan
test ini.
2. Usahakan jumlah angka yang terjawab di
masing-masing kolom stabil. Jangan memaksakan diri untuk menjawab di
kolom-kolom awal sehingga kewalahan di pertengahan hingga akhir kolom sehingga
terbentuk kurva yang zig-zag atau menurun. Kendalikan diri dengan patokan
penjumlahan sesuai dengan kemampuan anda. Anda tidak perlu menyelesaikan semua
penjumlahan sampai ujung atas untuk masing-masing kolom. Usahakan mematok lebih
dari 12 perhitungan dan tetap stabil untuk setiap kolomnya.
3. Usahakan jangan terus mengerjakan kolom
yang sudah habis waktunya karena akan menghabiskan waktu yang disediakan untuk
kolom berikutnya dan pasti akan memberikan hasil yang jelek di kolom
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Urbina, Susana.1946. Essentials of Psychological Testing (hlm.10-20). Canada: John Wiley
& Son
[Ronald_Jay_Cohen_Mark_Swerdlik]_Psychological_Te(BookFi.org).pdf-Adobe
Reader
http://usberstop.wordpress.com/2011/03/30/tes-kraepel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar