MARILAH BERKREASI

MARILAH BERKREASI

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 19 April 2014

PROPOSAL SKIZOFRENIA KATATONIK



PROPOSAL
OBSERVASI LAPANGAN
SKIZOFRENIA KATATONIK









UNIVERSITAS GUNADARMA TAHUN 2012 


UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus D Depok Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina.
Telp. 7520981, 7863819, 78881112

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
            kizofrenia katatonik yang paling jelas adalah symptom-simptom katatonik yang disebutkan sebelumnya. Pasien umumnya bergantian mengalami imobilitas katatonik dan keriangan yang liar, namun salah satunya dapat lebih dominan. Para pasien tersebut menolak perintah dan saran dan dan seringkali menirukan kata-kata orang lain. Onset reaksi katatonik dapat lebih tiba-tiba disbanding skizofrenia yang lain, meskipun orang yang bersangkutan sebelumnya telah menunjukkan semacan menarik diri dari kenyataan. Anggota badan penderita skizofren katatonik dapat menjadi kaku dan bengkak, terlepas dari ketidaksadaran yang terlihat jelas, setelahnya ia bisa saja mampu menceritakan semua yang terjadi selama stupor tesebut. Dalam kondisi riang berlebihan orang yang katatonik dapat berteriak dan berbicara tanpa henti dan tidak runut, dan selalu bergerak cepat dan penuh semangat. Dewasa ini skizofrenia katatonik jarang ditemukan , mungkin karena terapi obat bekerja secara efektif bagi proses-proses motorik yang aneh tersebut.

Jenis katatonik adalah subtipe skizofrenia yang ditandai dengangangguan perilaku motorik nyata dan melambatnya aktivitas yangberkembang menjadi stupor membeli dapat beralih ke-fase tiba-tiba gelisah. Orang dengan katatonik schizhophreniadapat menunjukkanperangaiyang tidak biasa atau meringis,atau memegang aneh, postur tampaknya berat selama jam, bahkan sebagian anggota badan mereka menjadi kaku atau bengkak.Sebuah fitur mencolok tetapi kurang umum adalah fleksibilitas lilin, yang melibatkan adopsi postur tetap menjadi yang mereka telah diposisikan oleh orang lain. Mereka tidak akan menanggapi pertanyaan atau komentar selama periode ini, yang dapat berlangsung selama berjam-jam. Kemudian mereka dapat melaporkan mereka mendengar apa yang orang lain katakan pada waktu itu. Namu meskipun katatonia dikaitkan dengan skizofrenia, itu juga dapat terjadi dalam rangkagangguan fisik dan psikologis, termasuk gangguan otak, keadaanintoksikasi obat, kelainanmetabolic, dan disordes suasana hati.

B. Rumusan Masalah
  1.  Apa yang dimaksud dengan Skizofrenia Katatonik? 
  2. Apa faktor-faktor yang menyebabkan Skizofrenia Katatonik? 
  3.  Apa klasifikasi dari Skizofrenia Katatonik?  
  4. Apa kebiasaan orang yang terkena Skizofrenia Katatonik? 
  5. Bagaiman cara pemulihan pasien Skizofrenia Katatonik?
C. Tujuan Observasi

            Tujuan dari kegiatan ini agar dapat mengetahui gejala-gejala Skizofrenia Katatonik, perilaku orang yang terkena Skizofrenia Katatonik, serta penanganan apa yang paling tepat di lakukan untuk mengani dari pihak RSJ

D. Manfaat Observasi

            Di harapkan dengan dilakukan observasi ini akan menghasilkan manfaat yang berguna, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis seperti:

1. Manfaat Teoritis
Observasi ini menjadi salah satu masukan untuk menambah wawasan ataupun pengetahuan mengenai dunia psikologi, memperlengkap khasanah ilmu pengetahuan terutama psikologi abnormal dan psikologi kepribadian 2.
2. Manfaat Praktis
Manfaat yang langsung dapat di gunakan adalah kita mampu mngetahui geja-geja seseorang yang akan terkena gangguan kejiwaan, mengetahui langkah pertama apa yang dapat di ambil oleh pihak pasien ataupun keluarga dan bagi pihak  RSJ, penelitain ini dapat menjadi salah satu masukan untuk menambah pengetahuan akan hal-hal yang mungkin belum diketahui sebelumnya dari pihak RSJ mengenai gangguan kejiwaan.

  
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus D Depok Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, depok.
Telp. 7520981, 7863819, 78881112

BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A. Pengertian Skizofrenia Katatonik
                  Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai di mana-mana sejak dahulu kala. Sebelum Kraepelin tidak ada kesatuan pendapat mengenai berbagai gangguan jiwa yang sekarang dinamakan skizofrenia, (Kaplan dan Sadock, 2003).
Kraepelin ialah seorang ahli kedokteran jiwa di kota Munich dan ia mengumpulkan gejala-gejala dan sindroma itu dan menggolongkannya ke dalam satu kesatuan yang dinamakannya demensia precox.
Menurut Kreapelin pada penyakit ini terjadi kemunduran intelegensi sebelum waktunya; sebab itu dinamakannya demensia (kemunduran intelegensi) precox (muda, sebelum waktunya), (Kaplan dan Sadock, 2003).
New Haven (Kaplan dan Sadock, 2003), memberikan indeks untuk merumuskan pengertian skizofrenia, sebagai berikut :
    a. Waham: tidak ditentukan atau selain dari deperesif
1.  Halusinasi dengar
2.  Halusinasi lihat
3.  Halusinasi lain
1.      a. Pikiran aneh
b. Automatisme atau pikiran pribadi yang jelas tidak realistik
                  c. Pengenduran asosiasi, pikiran tidak logis, overindusion.
                  d. Penghambatan
                  f. Kekonkretan
                  g. Derealisasi
                  h. Depersonalisasi
2.      Afek yang tidak sesuai
3.      Konfusi
4.      Ide paranoid (pikiran merujuk pada diri sendiri, kecurigaan)
5.      Perilaku katatonik (kegembiraan, stupor, flesibilitas lilin, negativisme, mutisme, ekolalia, aktivitas motorik stereotipik).
Untuk dapat dianggap sebagai skizofrenia, pasien harus memiliki nilai pada butir 1 atau butir 2a, atau 2c. dan harus mendapatkan skor total sekurangnya 4 poin.
·         Skizofrenia katatonik
Menurut Maramis (2004) skizofrenia katatonik atau disebut juga katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik dan ciri diam dan membisu
Stupor katatonik
Pada stupor katatonik, penderita tidak menunjukan perhatian sama sekali terhadap lingkungannya dan emosinya sangat dangkal. Secara tiba-tiba atau perlahan-lahan penderita keluar dari keadaan stupor ini dan mulai berbicara dan bergerak.
Gaduh gelisah katatonik
Pada gaduh gelisah katatonik, terdapat hiperaktivitas motorik, tapi tidak disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar.
·         Ciri – ciri skizofrenia katatonik sebagai berikut :

a) Gangguan psikomotor, seperti adanya stupor, negativisme rigiditas, postur aneh, agitasi, dan mutisme (bisu).
b)  Respon motorik tidak lazim dalam bentuk diam dan pada posisi di tempat (waxy flexibelity) atau posisi kegiatan eksesif.
c)     Tingkah laku ganjil dengan tubuh dan wajah yang menyeringai (grimering).
d)     Sering mengulang atau meniru kata-kata orang lain (echolalia).
e)     Senang meniru gerakan oang lain (echopraxia)
f)    Catatonic immobility, yaitu gangguan perilaku motorik dimana orang itu tetap diam   tanpa bergerak dalam kurun waktu lama dengan postur tubuh yang ganjil.
g)  Urat-uratnya menjadi kaku dan mengalami chorea flexibility yaitu badan jadi kaku seperti malam atau was.
h)  Ada pola tingkah laku yang stereothypes, aneh-aneh atau gerak-gerak otomatis dan tingkah laku yang aneh-aneh yang tidak terkendalikan oleh kema.

C. Deskripsi Observasi

                  Dalam observasi yang bersifat kualitatif yang kami rencanakan adalah mengamati kebiasaan apa yang di lakukan oleh orang yang terkena Skizofrenia Katatonik. Perbedaan anatara orang normal dengan orang yang terkena ganguan skizofrenia katatonik , ketika bangun tidur aktifitas apa saja yang dilakukanya. Kami juga akan mengamati, atau menanyakan  kegiatan yang di lakukan ketika sore hari di RSJ, apa saja yang akan dilakukan oleh pasien skizofrenia katatonik, selain itu kami berencana melakukan wawancara dengan petugas ataupun dokter yang menagani pasien gangguan tersebut, apa penyebab-penyebab pasien terkena gangguan tersebut, gejala-gejala awal yang terlihat dari orang tersebut, tahap-tahap apa saja yang akan mereka lalui untuk menuju kesembuhan, dan jika memungkinkan kami pun akan mencoba mewawancarai orang yang terkena ganguan skizofrenia yang sudah dalam tahap kesembuhan total.

                  kita akan mempunyai kepedulian terhadap si pasien karna si pasien berjuang untuk melawan kesembuha penyakit tersebut. Kami mendapatkan banyak hal berharga disini . Di mulai dari perubahan mindset kita terhadap para gangguan jiwa yang cenderung orang awam lebih cenderung menganggap bahwa orang – orang yang menderita penyakt tersebut perlu dijauhkan dari keluarga masyarakat . Padahal kenyataannya dengan pendeskriminasian itu malah memperburuk penyakt yang dialaminya, seharusnya justru sebagai keluarga maupun masyarakat harus bersama-sama memberikan semangat hidup dan motivasi kepadanya dalam berjuang melawan penyakitnya .

  

 UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus D Depok Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, depok.
Telp. 7520981, 7863819, 78881112

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Pendekatan
              Dalam penelitian kami menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif karena kami meneliti orang yang terkena Skizofrenia Katatonik, kami akan mendeskripsikan kegiatan dari objek penelitian, menarik keimpulan dari informasi-informasi yang kami dapat melalui metode pengumpulan data yang dilakukan.

B. Metode Pengumpulan Data

              Tehnik pengumpulan data yang paling tepat dalam penelitain ini adalah tehnik wawancara bebas terpimpin dan tehnik dokumen. Metode wawancara adalah “proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.  Wawancara bebas terpimpin adalah “kombinasi antara wawancara bebas dengan terpimpin.  Jadi pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai apabila ternyata ia menyimpang.“(Supardi, 2006 : 99). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa “wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu wawancara yang akan mengajukan pertanyaan dan orang yang akan diwawancarai yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang akan diajukan” (Moleong, 2005 : 186).
 
              Pengertian dari kata dokumen menurut Louis Gottschalk (1986: 38) seringkali digunakan para ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama, berarti sumber tertulis  bagi informasi sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-petilasan arkeologis. Pengertian kedua, diperuntukan bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertianya yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang berupa tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.
G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon, (1997; 104 ) menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama  dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun lisan;  kedua dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat perjanjian, undang-undang konsesi, hibah dan sebagainya.

              Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film,  gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu menberikan informasi bagi proses penelitian. Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai “nara sumber” yang dapat menjawab pertanyaan; “Apa tujuan dokumen itu ditulis?; Apa latar belakangnya?; Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?; Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?; Untuk siapa?; dan sebagainya.(Nasution, 2003; 86).

PSIKOTERAPIS  juga merupakan istilah umum untuk menyebut semua orang yang melakukan psikoterapi. Psikoterapi bisa diartikan sebagai suatu interaksi antara dua orang atau lebih yang hasilnya adalah mengubah pikiran, perasaan atau perilaku seseorang menjadi lebih baik.
·         Terapi individu
·         Terapi keluarga




C. Subjek penilitian
              Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh pasien dan tenaga medis di RSJ Sumber waras, sedangkan jenis sampel yang di gunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel 2 orang gangguan jiwa dan 2 tenaga medis.

D. Alat bantu
              Alat bantu yang paling tepat dalam penelitian kualitatif ini adalah alat perekam untuk menunjang metode wawancara, kamera untuk melakukan dokumentasi foto maupun video, serta draft wawancara.

E. Pelaksanaan periapan
Tempat     : RSJ Grogol Jl. Prof Dr Latumenten. No 1 Jakarta Barat.




UNIVERSITAS GUNADARMA
pok Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, depok.
                                                Telp. 7520981, 7863819, 78881112

BAB IV
PENUTUP
                 Dari permasalahan di atas dapat di simpulkan bahwa ganguan Skizofrenia Kataonik  adalah masalah yang sangat menarik namun juga penyakit yang cukup ekstrem dan berat, penyebabnya tergantung dari orang itu sendiri, bisa karna gen atau di dalam otak bisa berkontribusi. Selain itu sosial pun berperan terhdap penyebeb munculnya penyakit tersebut, maka dari itu kita harus menjaga kesehatan biologis karna faktor biologis sangat berperan penting bagi penyakin tersebut dan dengan prposal yang kami ajukan ini kami dari kelas 2PA08 berharap banyak hal yang bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi Fakultas Psikologi pada umumnya, serta membuat hubungan antara Fakultas Psikologi Gunadarma sebagai salah satu intitusi pendididkan yang menyiapkan generasi muda yang berkulitas dalam bidang Psikologi denga RSJ Grogol Jl. Prof Dr Latumenten. No 1 Jakarta Barat.
                
B. Daftar Pustaka



Tidak ada komentar:

Posting Komentar