PROPOSAL
OBSERVASI LAPANGAN
SKIZOFRENIA KATATONIK
UNIVERSITAS
GUNADARMA TAHUN 2012
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus D Depok Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina.
Telp. 7520981, 7863819, 78881112
UNIVERSITAS GUNADARMA
Kampus D Depok Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina.
Telp. 7520981, 7863819, 78881112
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
kizofrenia katatonik yang paling jelas adalah
symptom-simptom katatonik yang disebutkan sebelumnya. Pasien umumnya bergantian
mengalami imobilitas katatonik dan keriangan yang liar, namun salah satunya
dapat lebih dominan. Para pasien tersebut menolak perintah dan saran dan dan
seringkali menirukan kata-kata orang lain. Onset reaksi katatonik dapat lebih
tiba-tiba disbanding skizofrenia yang lain, meskipun orang yang bersangkutan
sebelumnya telah menunjukkan semacan menarik diri dari kenyataan. Anggota badan
penderita skizofren katatonik dapat menjadi kaku dan bengkak, terlepas dari
ketidaksadaran yang terlihat jelas, setelahnya ia bisa saja mampu menceritakan
semua yang terjadi selama stupor tesebut. Dalam kondisi riang berlebihan orang
yang katatonik dapat berteriak dan berbicara tanpa henti dan tidak runut, dan
selalu bergerak cepat dan penuh semangat. Dewasa ini skizofrenia katatonik
jarang ditemukan , mungkin karena terapi obat bekerja secara efektif bagi
proses-proses motorik yang aneh tersebut.
Jenis
katatonik adalah subtipe skizofrenia yang ditandai dengangangguan perilaku
motorik nyata dan melambatnya aktivitas yangberkembang menjadi stupor membeli
dapat beralih ke-fase tiba-tiba gelisah. Orang dengan katatonik
schizhophreniadapat menunjukkanperangaiyang tidak biasa atau meringis,atau
memegang aneh, postur tampaknya berat selama jam, bahkan sebagian anggota badan
mereka menjadi kaku atau bengkak.Sebuah fitur mencolok tetapi kurang umum
adalah fleksibilitas lilin, yang melibatkan adopsi postur tetap menjadi yang
mereka telah diposisikan oleh orang lain. Mereka tidak akan menanggapi
pertanyaan atau komentar selama periode ini, yang dapat berlangsung selama
berjam-jam. Kemudian mereka dapat melaporkan mereka mendengar apa yang orang
lain katakan pada waktu itu. Namu meskipun katatonia dikaitkan dengan
skizofrenia, itu juga dapat terjadi dalam rangkagangguan fisik dan psikologis,
termasuk gangguan otak, keadaanintoksikasi obat, kelainanmetabolic, dan
disordes suasana hati.
- Apa yang dimaksud dengan Skizofrenia Katatonik?
- Apa faktor-faktor yang menyebabkan Skizofrenia Katatonik?
- Apa klasifikasi dari Skizofrenia Katatonik?
- Apa kebiasaan orang yang terkena Skizofrenia Katatonik?
- Bagaiman cara pemulihan pasien Skizofrenia Katatonik?
C.
Tujuan Observasi
Tujuan
dari kegiatan ini agar dapat mengetahui gejala-gejala Skizofrenia Katatonik,
perilaku orang yang terkena Skizofrenia Katatonik, serta penanganan apa yang
paling tepat di lakukan untuk mengani dari pihak RSJ
D.
Manfaat Observasi
Di harapkan
dengan dilakukan observasi ini akan menghasilkan manfaat yang berguna, baik
manfaat teoritis maupun manfaat praktis seperti:
1. Manfaat Teoritis
Observasi ini
menjadi salah satu masukan untuk menambah wawasan ataupun pengetahuan mengenai
dunia psikologi, memperlengkap khasanah ilmu pengetahuan terutama psikologi
abnormal dan psikologi kepribadian 2.
2. Manfaat Praktis
Manfaat yang
langsung dapat di gunakan adalah kita mampu mngetahui geja-geja seseorang yang
akan terkena gangguan kejiwaan, mengetahui langkah pertama apa yang dapat di
ambil oleh pihak pasien ataupun keluarga dan bagi pihak RSJ, penelitain ini dapat menjadi salah satu
masukan untuk menambah pengetahuan akan hal-hal yang mungkin belum diketahui
sebelumnya dari pihak RSJ mengenai gangguan kejiwaan.
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Kampus
D Depok Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, depok.
Telp.
7520981, 7863819, 78881112
BAB
II
TUJUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Skizofrenia Katatonik
Skizofrenia
merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai di mana-mana sejak dahulu
kala. Sebelum Kraepelin tidak ada kesatuan pendapat mengenai berbagai gangguan
jiwa yang sekarang dinamakan skizofrenia, (Kaplan dan Sadock, 2003).
Kraepelin ialah seorang ahli
kedokteran jiwa di kota Munich dan ia mengumpulkan gejala-gejala dan sindroma
itu dan menggolongkannya ke dalam satu kesatuan yang dinamakannya demensia
precox.
Menurut Kreapelin pada penyakit ini
terjadi kemunduran intelegensi sebelum waktunya; sebab itu dinamakannya
demensia (kemunduran intelegensi) precox (muda, sebelum waktunya), (Kaplan dan
Sadock, 2003).
New Haven (Kaplan dan Sadock,
2003), memberikan indeks untuk merumuskan pengertian skizofrenia, sebagai berikut
:
a. Waham: tidak ditentukan atau selain dari deperesif
1. Halusinasi
dengar
2. Halusinasi
lihat
3. Halusinasi
lain
1. a.
Pikiran aneh
b. Automatisme atau
pikiran pribadi yang jelas tidak realistik
c. Pengenduran
asosiasi, pikiran tidak logis, overindusion.
d. Penghambatan
f. Kekonkretan
g. Derealisasi
h. Depersonalisasi
2. Afek
yang tidak sesuai
3. Konfusi
4. Ide
paranoid (pikiran merujuk pada diri sendiri, kecurigaan)
5. Perilaku
katatonik (kegembiraan, stupor, flesibilitas lilin, negativisme, mutisme,
ekolalia, aktivitas motorik stereotipik).
Untuk dapat dianggap sebagai
skizofrenia, pasien harus memiliki nilai pada butir 1 atau butir 2a, atau 2c.
dan harus mendapatkan skor total sekurangnya 4 poin.
·
Skizofrenia katatonik
Menurut Maramis (2004) skizofrenia
katatonik atau disebut juga katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30
tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin
terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik dan ciri diam dan membisu
Stupor katatonik
Pada stupor katatonik, penderita
tidak menunjukan perhatian sama sekali terhadap lingkungannya dan emosinya
sangat dangkal. Secara tiba-tiba atau perlahan-lahan penderita keluar dari
keadaan stupor ini dan mulai berbicara dan bergerak.
Gaduh gelisah katatonik
Pada gaduh gelisah katatonik,
terdapat hiperaktivitas motorik, tapi tidak disertai dengan emosi yang
semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar.
·
Ciri – ciri skizofrenia katatonik
sebagai berikut :
a) Gangguan
psikomotor, seperti adanya stupor, negativisme rigiditas, postur aneh, agitasi,
dan mutisme (bisu).
b) Respon
motorik tidak lazim dalam bentuk diam dan pada posisi di tempat (waxy
flexibelity) atau posisi kegiatan eksesif.
c) Tingkah
laku ganjil dengan tubuh dan wajah yang menyeringai (grimering).
d) Sering
mengulang atau meniru kata-kata orang lain (echolalia).
e) Senang
meniru gerakan oang lain (echopraxia)
f) Catatonic
immobility, yaitu gangguan perilaku motorik dimana orang itu tetap diam tanpa
bergerak dalam kurun waktu lama dengan postur tubuh yang ganjil.
g) Urat-uratnya
menjadi kaku dan mengalami chorea flexibility yaitu badan jadi kaku seperti
malam atau was.
h) Ada
pola tingkah laku yang stereothypes, aneh-aneh atau gerak-gerak otomatis dan
tingkah laku yang aneh-aneh yang tidak terkendalikan oleh kema.
C.
Deskripsi Observasi
Dalam
observasi yang bersifat kualitatif yang kami rencanakan adalah mengamati
kebiasaan apa yang di lakukan oleh orang yang terkena Skizofrenia Katatonik.
Perbedaan anatara orang normal dengan orang yang terkena ganguan skizofrenia
katatonik , ketika bangun tidur aktifitas apa saja yang dilakukanya. Kami juga
akan mengamati, atau menanyakan kegiatan
yang di lakukan ketika sore hari di RSJ, apa saja yang akan dilakukan oleh
pasien skizofrenia katatonik, selain itu kami berencana melakukan wawancara
dengan petugas ataupun dokter yang menagani pasien gangguan tersebut, apa
penyebab-penyebab pasien terkena gangguan tersebut, gejala-gejala awal yang
terlihat dari orang tersebut, tahap-tahap apa saja yang akan mereka lalui untuk
menuju kesembuhan, dan jika memungkinkan kami pun akan mencoba mewawancarai
orang yang terkena ganguan skizofrenia yang sudah dalam tahap kesembuhan total.
kita
akan mempunyai kepedulian terhadap si pasien karna si pasien berjuang untuk
melawan kesembuha penyakit tersebut. Kami mendapatkan banyak hal berharga
disini . Di mulai dari perubahan mindset kita terhadap para gangguan jiwa yang
cenderung orang awam lebih cenderung menganggap bahwa orang – orang yang
menderita penyakt tersebut perlu dijauhkan dari keluarga masyarakat . Padahal
kenyataannya dengan pendeskriminasian itu malah memperburuk penyakt yang
dialaminya, seharusnya justru sebagai keluarga maupun masyarakat harus
bersama-sama memberikan semangat hidup dan motivasi kepadanya dalam berjuang
melawan penyakitnya .
UNIVERSITAS
GUNADARMA
Kampus
D Depok Jl. Margonda Raya No. 100, Pondok Cina, depok.
Telp.
7520981, 7863819, 78881112
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Jenis Pendekatan
Dalam penelitian kami menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif karena kami meneliti orang yang terkena Skizofrenia Katatonik, kami
akan mendeskripsikan kegiatan dari objek penelitian, menarik keimpulan dari
informasi-informasi yang kami dapat melalui metode pengumpulan data yang
dilakukan.
B.
Metode Pengumpulan Data
Tehnik
pengumpulan data yang paling tepat dalam penelitain ini adalah tehnik wawancara
bebas terpimpin dan tehnik dokumen. Metode wawancara adalah “proses tanya jawab
dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih
bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan. Wawancara bebas
terpimpin adalah “kombinasi antara wawancara bebas dengan terpimpin. Jadi pewawancara hanya membuat pokok-pokok
masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung
mengikuti situasi pewawancara harus pandai mengarahkan yang diwawancarai
apabila ternyata ia menyimpang.“(Supardi, 2006 : 99). Sedangkan pendapat lain
mengatakan bahwa “wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih yaitu wawancara yang akan mengajukan pertanyaan dan orang yang akan
diwawancarai yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang akan diajukan”
(Moleong, 2005 : 186).
Pengertian dari kata dokumen menurut Louis Gottschalk
(1986: 38) seringkali digunakan para ahli dalam dua pengertian, yaitu pertama,
berarti sumber tertulis bagi informasi
sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan
terlukis, dan petilasan-petilasan arkeologis. Pengertian kedua, diperuntukan
bagi surat-surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian,
undang-undang, hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan
bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertianya yang lebih luas berupa setiap
proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang
berupa tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.
G.J. Renier, sejarawan
terkemuka dari University college Lodon, (1997; 104 ) menjelaskan istilah
dokumen dalam tiga pengertian, pertama
dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis
maupun lisan; kedua dalam arti sempit,
yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu
hanya yang meliputi surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat
perjanjian, undang-undang konsesi, hibah dan sebagainya.
Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat ditarik
benang merahnya bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk
melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto), dan karya-karya monumental,
yang semua itu menberikan informasi bagi proses penelitian. Data dalam
penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources,
melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non
human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen
yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai
“nara sumber” yang dapat menjawab pertanyaan; “Apa tujuan dokumen itu ditulis?;
Apa latar belakangnya?; Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?;
Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?; Untuk siapa?; dan sebagainya.(Nasution,
2003; 86).
PSIKOTERAPIS juga
merupakan istilah umum untuk menyebut semua orang yang melakukan psikoterapi.
Psikoterapi bisa diartikan sebagai suatu interaksi antara dua orang atau lebih
yang hasilnya adalah mengubah pikiran, perasaan atau perilaku seseorang menjadi
lebih baik.
·
Terapi individu
·
Terapi keluarga
C.
Subjek penilitian
Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh pasien dan
tenaga medis di RSJ Sumber waras, sedangkan jenis sampel yang di gunakan adalah
purposive sampling dengan jumlah
sampel 2 orang gangguan jiwa dan 2 tenaga medis.
D.
Alat bantu
Alat bantu yang
paling tepat dalam penelitian kualitatif ini adalah alat perekam untuk
menunjang metode wawancara, kamera untuk melakukan dokumentasi foto maupun
video, serta draft wawancara.
E.
Pelaksanaan periapan
Tempat : RSJ Grogol Jl. Prof Dr Latumenten. No 1
Jakarta Barat.
UNIVERSITAS
GUNADARMA
pok Jl. Margonda Raya No. 100,
Pondok Cina, depok.
Telp.
7520981, 7863819, 78881112
BAB
IV
PENUTUP
Dari permasalahan di atas dapat di simpulkan bahwa ganguan
Skizofrenia Kataonik adalah masalah yang
sangat menarik namun juga penyakit yang cukup ekstrem dan berat, penyebabnya
tergantung dari orang itu sendiri, bisa karna gen atau di dalam otak bisa
berkontribusi. Selain itu sosial pun berperan terhdap penyebeb munculnya
penyakit tersebut, maka dari itu kita harus menjaga kesehatan biologis karna
faktor biologis sangat berperan penting bagi penyakin tersebut dan dengan
prposal yang kami ajukan ini kami dari kelas 2PA08 berharap banyak hal yang
bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi Fakultas Psikologi pada umumnya, serta
membuat hubungan antara Fakultas Psikologi Gunadarma sebagai salah satu
intitusi pendididkan yang menyiapkan generasi muda yang berkulitas dalam bidang
Psikologi denga RSJ Grogol Jl. Prof Dr Latumenten. No 1 Jakarta Barat.
B.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar