MARILAH BERKREASI

MARILAH BERKREASI

Total Tayangan Halaman

Kamis, 24 Oktober 2013

FENOMENA INTERNET ADDICTION DALAM KEHIDUPAN SEHARI - HARI


Penegertian internet adiksi
     Internet addiction oleh Young (dalam Tuapattimaja & Rahayu) diungkapkan sebagai sebuah syndrome yang ditandai dengan menghabiskan banyak waktu dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online, orang-orang yang menunjukkan syndrome ini akan merasa cemas, depresi,atau hampa saat tidak online di internet serta menyebabkan korbannya mulai menyembunyikan tingkat ketergantungannya terhadap internet tersebut.
Penggunaan internet yang berlebihan mencapai presentase 52% sangat jauh berbeda dengan yang kecanduan internet yang hanya mencapai 8% saja. Walaupun masalah kecanduan internet hanya mencapai presentase yang sedikit, tetapi melihat presentase penggunaan internet yang berlebihan mencapai 52% perlu diperhatikan lagi permasalahan ini, karena kecanduan internet bermula dari keasyikan kita berlama-lama menggunakan internet, lambat laun kita akan merasa cemas dengan tidak bermain internet, dan lama-kelamaan akan menjadi pecandu internet yang sulit lepas dari internet dan berdampak kurang baik dalam aspek psikologis (neuroticism, extraversion, kecemasan sosial, kesepian emosional, kesepian sosial, dukungan sosial, dan dukungan sosial internet).

CONTOH KASUS

      Baru bangun tidur, setelah semalaman beristirahat, langsung pegang gadget. Bisa BBM, tablet, atau laptop. Lho, ada perlu apa? Untuk kembali online dan melihat kabar dari teman-teman di jejaring sosial. Ada yang semalam suntuk tidak bisa tidur, ada yang mengomentari pertandingan bola, ada yang sharing macam-macam. Tips, curhat soal teman atau kekasih, berita-berita politik, membaca tautan dari laman gosip, dan lainnya
Jeda kegiatan hanya sebentar. Diselingi mandi, bersiap-siap, dan sarapan. Berangkat kerja? Menuju kantor, kembali online, fokus pada gadget di perjalanan. Masuk kantor, kerjaan diselingi kegiatan memperbarui dan mengomentari berbagai status teman. Jam istirahat, apalagi. Habis makan siang, merasa mengantuk dan bosan, akhirnya online lagi.
Pulang kerja, menemani perjalanan di jalan, saling sapa kabar dan rencana akhir pekan. Oke, lalu lintas yang macet cukup jadi inspirasi untuk melampiaskan kekesalan. Sampai rumah, makan malam dan bersih-bersih. Jika sempat nonton, TV diamati. Jelang malam, online sebentar untuk lihat apa yang terbaru. Buat status selamat malam, dikomentari, terlibat obrolan, ngalor-ngidul, sampai tengah malam. Mata terpejam, tidur, dan bangun pagi untuk melihat adakah lanjutan dari obrolan semalam di jejaring sosial.
     Tanpa disadari, berselancar dan menikmati dunia maya, terutama pada jejaring sosial, telah membuat banyak orang “ketergantungan” dengannya. Tidak berlebihan bila dikatakan kecanduan, mengingat mereka bisa seharian memandangi layar internet.
Kaidah umumnya, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Begitu pula fenomena ini. Seorang ahli di Malaysia mengatakan, orang yang kerap membuka jejaring sosial, baik itu di kantor, rumah, di jalan, dan tempat lainnya, akan menjauhkannya dari interaksi langsung dengan orang lain. Makin cepat dan mudah diakses, makin sering dan lama, efeknya kian terasa. Psikolog dan penasihat, Adnan Omar memberi contoh dampaknya pada pasangan.

“Contohnya, banyak pasangan yang kehilangan kesempatan bertemu langsung atau pergi makan malam. Mereka cukup puas dengan berinteraksi di internet, sekadar mengencek surel dari perangkat telekomunikasi mereka.”
Hal ini patut dikhawatirkan mengingat kemampuan interaksi kita dengan manusia lain akan perlahan menghilang.

“Jika Anda,” lanjut Adnan, “menghabiskan waktu sekitar 25 jam selama sepekan untuk jejaring sosial dibandingkan beraktivitas ataupun alasan akademis lainnya, itu artinya Anda telah kecanduan. Anda telah dimudahkan kondisi internet yang gampang tersedia, dan Anda tak perlu mematikannya.”
Sebagai seorang psikolog, Adnan mengungkapkan bahwa banyak pecandu jejaring sosial merasa kecewa ketika status atau posting-nya tidak direspon. Mereka, menurut Adnan, sebenarnya memposting berbagai macam hal untuk menunggu respons balik, sebuah perilaku untuk memuaskan kondisi batin. Memang ada faktor lain, yaitu menghabiskan waktu. Akan tetapi, kian mudahnya teknologi, harusnya juga diiringi dengan kebijaksanaan. Menghabiskan waktu di jejaring sosial jelas tidak baik dan dapat mengurangi produktivitas kerja kita.

Sumber :
http://www.mizanmag.com/denyut/jejaring-sosial-25-jam-sepekan-anda-telah-kecanduan.html#.UmkYtVM6Was

Kamis, 10 Oktober 2013

Peran Sosial Individu Dalam Internet Terutama Berkaitan Bengan Proposial

Peran Sosial Individu Dalam Internet

PROSOSIAL



Perilaku prososial dapat dimengerti sebagai perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pelakunya. Perilaku prososial meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong, tanpa memperhatikan motif penolongnya. Perilaku prososial mencakup kategori yang lebih luas yaitu meliputi segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa memperdulikan motif-motif si penolong. Beberapa jenis perilaku prososial tidak merupakan tindakan altruistik(tindakan sukarela yang dilakukan seseorang  atau sekelompok orang untuk menolong orang lain  tanpa mengharapkan imbalan apa pun).

DAMPAK NEGATIF DALAM INTERNET

1. Antisosial


Adakalanya seseorang yang telah kecanduan internet, bisa saja menghiraukan social disekelilingnya, orang tersebut bisa terpaku seharian di internet tanpa tahu apa yang ada di lingkunagnnya, hal ini memang cukup berbahaya jika terjadi, untuk itulah jia anda seorang netter, sebisa mungkin luangkan waktu untuk sekedar berbincang atau bercakap-cakap dengan masyrakat sekitar.

2. Pornografi


anggapan yang menyebutkan bahwa internet identik dengan pornografi, itu tidak salah. Dengan kekuatan untuk berikan informasi yang dimiliki internet, pornografi merajalela. Untuk mengantisipasi semua itu, ‘browser’ produsen merampungkan program mereka dengan kekuatan untuk memilih type home page yang bisa ditemukan photo secara online. di pornografi serta kekerasan dapat menyebabkan dorongan pada seseorang untuk lakukan tindak pidana.

3. Gambling


Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya internet, sangat menguntungkan bagi pelaku perjudian, betapa tidak, perjudian di sekarang inis emakin makak, bahkan perjudian di internet diatus dengan sedemikian ruma sehingga seseorang yang melakukan judi dapat berada di tempat yang sangat jauh.

4. Deindividuasi 


Deindividuasi adalah keadaan hilangnya kesadaran akan diri sendiri ( self awareness ) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anominitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu. 
Deindividuasi dapat mengarahkan individu kepada keleluasaan dalam melakukan  agresi sehingga agresi yang dilakukan bisa lebih intens. Hal itu didukung penelitian penjara tiruan oleh Zimbardo dan kolega-koleganya. Deindividuasi mengurangi peran identitas diri atau personalitas individu pelaku ataupun korbannya.  Pada kondisi normal, identitas diri berfungsi mambatasi intensitas agresi.